Friday, September 4, 2015
4 September 2015
Ku tutup hari ini dengan cerita tentangmu, tentang seorang kawan yg selalu menjadi penyejuk hati.
Gambar ini adalah serpihan mozaik dari segala kenangan yang sudah kita buat. Dan malam ini aku akan beberkan pada dunia, apa makna dari gambar ini.
Adalah Banyumanis, sebuah daerah yang kau kenalkan padaku satu setengah tahun lalu.
Bercerita tentang sebuah masyarakat karantina penyakit kusta. Jauh dari keramaian kota. Saat kau mengajaku ke sini, tanpa ragu aku meng-iyakan. Tentu setelah kita mengeksplore dua negara milenium, menikmati pesona serba gemilang dengan singkat kita berbalik merasai pulau pencil yang jarang dijamah masyarakat pada umumnya. Hanya yg pernah punya riwayat penyakit kusta, yang menghuni pulau ini.
Hari itu, kau kenalkan padaku kebanyak warga, kita menginap di salah satu rumah warga, dan mengunjungi banyak rumah warga, hanya untuk berbasa basi bertanya apa kabar??
tentu hidangan sunrise dan sunset Gua Manik menjadi harta karun tersendiri yg kita temukan. Namun tidak berhenti di situ.. cerita baru dimulai..
Salah seorang warga sebut saja namanya Pak Cahyo (bukan nama sebenarnya), kita bersilaturrahim ke rumah sederhana beliau bersama. Obrolan hangat mulai terluap, nyaman sekali, ngalor ngidul kita berbasa basi menghangatkan suasana. Seolah beliau adalah orang yg sangat dekat dengan kita.
Lalu, di hari terakhir kita di pulau itu pak cahyo menawarkan diri untuk mengajak kita jalan jalan ke tiga pantai di Jepara.. Kita berkeliling hingga tiba di tempat terakhir, pantai Kartini, namun suasana tak seindah Gua Manik, kita memaksa Pak Cahyo untuk mengantar kita menyebrang pulau, menuju ke pulau seberang pantai kartini, pulau tersebut bernama Pulau panjang. Pak Cahyo bersikeras menolak, namun kita memaksa. bayangan kita rugi sudah sampai sini cuman hanya bisa menikmati pantai penuh sesak, harus ada suasana yang lebih menantang. Lambat laun Pak Cahyo luluh untuk mengantarkan kita.
Setiba di pulau panjang, pak Cahyo tak henti henti menawarkan diri untuk memotret kita berdua. Hingga tiba di pohon ini, Pak Cahyo menyuruh kita untuk menaikinya, dan berpose riang diatasnya, kita menurut saja, lalu beliau terlihat begitu senang mengambil foto kita. Tertanya Pak Cahyo begitu senang karena kata beliau kita tidak jaim berpose diatas pohon seperti monyet.. Hyaaa!!!
Lalu kami memutari pulau panjang, hingga tiba pak Cahyo bercerita tentang kehidupannya.
Beliau asli Jember, setelah mengidap kusta beliau seolah diasingkan oleh keluarganya, beliau ikut karantina di Kediri lalu dipindah ke Banyumanis, beliau tidak ingin kembali ke Jember karena sudah menemukan kehidupannya di Banyumanis. dengan kumpulan orang orang yg senasib..
Finally perjalanan berakhir, kita berpisah.
Lalu...
Hari ini kamu bercerita, tentang pak Cahyo yg beberapa hari lalu mengaku, bahwa sebenarnya baru sejak kita ke pulau panjang itu hati pak Cahyo terbuka untuk mampu bersosialisasi dengan orang orang macam kita. Setelah awalnya beliau acuh dan tak bisa mempercayai para relawan. Beliau berubah menjadi pribadi yg responsif, menjadi tokoh dalam desa, menjadi penjamu para relawan yang sedang membantu. Dan cerita yang selalu dibanggakan oleh pak Cahyo adalah cerita saat beliau mengambil foto kita di atas pohon ini.
Dan pak cahyo, sudah menghias malam ini. Bahwa orang-orang seperti mereka ada bukan untuk diasingkan, namun justru mereka membutuhkan kebaikan hati kita untuk mau sekedar berbicara hangat dengan mereka. Hanya untuk memotivasi bahwa hidup mereka tidaklah sia sia belaka. smile emotikon
Tentang 4 September 2015, Aku berterimakasih banyak padamu, atas segala kenangan kebersamaan. Dan terakhir ku ucap Barokallah fi umurik ya caan..
Labels:
Romansa,
Travelling
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment