'seng sabar ngopeni anak bojo' (Yang sabar merawat anak dan suami) Pesan mertua yang selalu diucapkan saat kami hendak berpisah.
Bagi saya maknanya sangat dalam, bukan berarti suami dan anak sebagai sumber masalah sehingga istri harus bersabar, sama sekali bukan.
Kalimat itu bagi saya, seolah membuat saya harus berdamai dengan diri saya sendiri. Diri yang memiliki sumber banyak masalah karena ego yang super tinggi. Ekspektasi yang terlampau menjulang ke langit, seolah runtuh dengan nasehat dari seorang ibu.
Iya, jika orang tua sudah mendoakan, dan kita berada di jalan yang Allah dan suami ridho, lantas mau keinginan macam apa lagi?
Ada banyak sahabat yang bercerita, bahwa mereka iri dengan prestasi dan kehidupan mapan dari pasangan teman-temannya. Mereka hanya menerka-nerka kemapanan hidup dari gambaran 'postingan' sosmed lalu mereka seolah menyalahkan keadaan, terutama suami yang belum bisa memberikan seperti yang kawan-kawan mereka terima.
Sayangnya, bukan keglamoran hidup yang dicari dalam pernikahan. Tapi 'sakinah' ketenangan.
Kadang kita sebagai istri lupa, rizki itu atas design Allah. Kadang kita terlalu egois merancang masa depan, dengan mengandalkan kata 'jika' dan 'seumpama'. Kita lupa tujuan kita berumah tangga bukanlah 'Rumah' yang memiliki 'Tangga' secara dzahir, namun 'rumah' yang berarti bahwa tempat kita menggali lebih banyak amal daripada saat dulu masih sendiri, dan 'tangga' yang berarti setapak demi setapak menuju JannahNya. Kebahagiaan hidup juga bukan dinilai dari seberapa banyak medali emas bertengger di akun sosmed kita, tapi bukankah kebahagiaan itu terletak di hati, yang kadang tak perlulah orang tau kalau kita sangat bahagia, karena siapa tau yang melihat lebih perlu empati.
Bukankah sudah sering kita dengar.
Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa (di bulan Ramadhan), serta menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka." HR. Ahmad
Apalah diri ini yang menulis hanya untuk diri sendiri. Yang masih awam dalam bab rumah tangga. Masih belum seberapa dari para kawan yang kisahnya super heroik.
#writingissharing
#writingishealing
#MenulisKebaikan
#KOLMenulis30
#Day2
No comments:
Post a Comment