Beberapa jam berkelana dalam dunia facebook, membuat aku menjadi
ingin menulis sesuatu hal. Membaca status teman-teman yang kebanyakan
bertemakan tentang “cinta” membuatku tersenyum geli. Sebegitu mudahkah
mereka mengejawantahkan sesuatu hal yang dinamakan dengan “cinta”. Mulai
dari lagu lama “ mencintaimu adalah sebuah anugrah” (musibah kale),
hingga lagu terbaru pun “ aishiteru “ mereka embat untuk status mereka.
Ada yang lagi kasmaran dengan bahasa “ say, say, say, aku cinta banget
sama kamu” (emang gue pikirin), ada pula yang cinta tak tersampaikan “
harus berapa kali aku mengucapkan kata cinta agar kau mengerti bahwa aku
benar-benar mencintaimu” (sapa suruh jatuh cinta), ada pula yang cinta
tak direstui “ salahkan aku mencintaimu “ (ya terang salah lah).
Lagu-lagu kayak gitu sih kagak masalah bagiku asal obyeknya jelas. Kata
cinta itu, sebegitu mudahnyakah terungkapkan, terluapkan?. Jika itu
adalah devinisi cinta sesungguhnya bagi mereka, maka dengan tegas aku
mengatakan itu belum seberapa dari kata cinta itu sendiri.
Masih
teringat dengan jelas sore itu, saat aku masih duduk di bangku awal
kelas 2 SMA, di dalam masjid Al-Anwar. Ba’da sholat ashar dengan masih
mengenakan abu-abu putih. Hanya ada aku dan dia. Kakak yang menyebut
dirinya akhwat excellent. Energik. Smart. Entah berawal dari mana yang
pasti saat itu dia menceritakan kisahnya yang telah menyukai seseorang
dari awal SMP dulu. Mendengar hal itu spontan aku memfokuskan muka dan
pikiranku padanya agar dapat mendengarkan stiap katanya. Kaget, jelas
karena tak kusangka akhwat sekeren dia, selevel dia ternyata pernah juga
di hinggapi virus merah jambu yang lumayan merekah. Tapi tenang dia
hanya suka tak berani bertindak jauh. Ketika berada dalam organisasi
yang sama, itulah hal tersulit baginya, cinta itu semakin merekah, tapi
tenang itu hanya cinta baginya, tak berani bertindak jauh, bagaimana dia
hanya bisa memendam cinta itu dalam-dalam. Hingga Allah menakdirkan
mereka satu SMA. Awal memang sulit, namun pada akhirnya beliau telah
memutuskan hal yang hebat, dan memukauku. Masih aku ingat
kalimat-kalimat itu.
“ saat itu dek, aku
masih menyukainya. Ketika menyukainya aku memutuskan untuk
melindunginya, tak berani ku dekati dia, karena aku sangat ingin
melindungi dia, tak berani aku memandangnya, karena aku ingin dia
terlindungi oleh nafsuku. Tak berani aku bicara terlalu berlebih
dengannya, karena aku ingin melindunginya dari suara dayuanku. Tak
berani aku sekedar hanya sms jika tak puenting, karena aku melindungi
angannya. Aku tak ingin gara-gara cintaku dia akan termukai oleh Allah.
Ya itulah cinta menurutku, aku selalu memperbaiki diriku agar Allah
berikan jodoh yang terbaik untukku skalipun itu bukan dia, akupun juga
berdoa semoga Allah melindunginya dan membuat dia selalu dalam hal
terbaik”
Terpukau dengan kalimat itu, itulah cinta, dimana
cinta mengajarkan untuk berkorban dan melindungi, bukan merusak. Yang
kebanyakan diartikan dengan perhatian oleh remaja-remaja masa kini. Jika
ada yang bilang “ kamu sih nggak tau rasanya mencintai orang, makanya
nggak ngerti” ooo siapa bilang, cinta gue dengan cinta ello beda yo!!.
Coba aja liat ntar tahan lama yang mana, jika yang kau inginkan adalah
cinta semu belaka maka silakan menjajakan cintamu pada orang yang kamu
mau. Jika kau hanya inginkan cinta sesungguhnya maka simpanlah cinta itu
hingga seseorang yang halal akan datang untuk meminta cintamu. Aku rasa
itu lebih barokah.
“anti itu adalah orang yang terlalu
mudah mengucapkan kata cinta” komentar seorang ukhti saat ada kuis
menilai temannya masing-masing. Aku hanya tersenyum mendengar kalimat
itu. Kenapa tidak. Itulah aku, aku berhak mendapatkan cinta saudaraku,
bagaimana mungkin aku dapat menuntut hak itu jika aku tak memberikan hak
kalian pula. Cinta bagiku adalah kata kerja, mudah bagiku untuk
mencintai seseorang jika itu memang diutus. Seperti yang dilakukan Umar
ra. Sobat muda muslim, janganlah terlalu sempit memaknai cinta,
belajarlah mencintai seseorang pada tempatnya. Insya Allah bakal
langgeng. Apalagi cintanya karena Allah. Seperti cintaku pada seorang
ukhti yang jauh disana. Hingga detik inipun aku masih mencintainya. Dan
aku sangat yakin dia juga sangat mencintaiku tanpa aku harus memintanya.
Enakkan mencintai pada tempatnya.
Wallahu’alam bishowab
Malang, 3 juli 2010, syahidah camp. 09.00
No comments:
Post a Comment