Wednesday, September 30, 2020

MOMENT

Ada tiga moment yang saya ingat tentang abang saat sma dulu : 
1. Saat di aula smada (mos) dan saya mbatin tentang doi. (yg saya ceritakan di beberapa waktu lalu)
2. ‎Saat do'i memimpin ice breaking (muter tangan dengan arah berlawanan) di lapangan smada. (latihan paski)
3. ‎Saat 16 Agustus 2006 di aula smada, beliau berdiri tepat di depan saya, membawa bendera untuk saya cium benderanya. (malam pengukuhan paski) Saat itu beneran dag dig dug. Halah lebay. Ya cuma dredeg aja, rakyat jelata mah bisa apa. 😂

Selain tiga momen diatas, saya seolah dibuat lupa oleh Allah tentang siapa do'i dan apapun tentang do'i.
Kuliah. Saya bahkan tidak terlintas sama sekali tentang beliau.
Nah momen kerja nih baru dibuat ingat dikit-dikit. Ingat untuk berdoa juga. Ye kan? Iyalah, rakyat jelata mah punya apa selain Allah dan do'a. (sekali lagi biar mantep). Mau tepe-tepe di depan do'i, bukan gue banget, lagian beda benua dengan do'i. Mau sekedar pura-pura salah kirim pesan, Aaah nomor kontak juga ndak punya. 😜

Nah buat temen-temen single lillah, jangan sepelekan do'a ya. Do'a bisa membuat Ali yang awalnya ciut nyali untuk datang kepada baginda rasulullah melamar Fatimah. Do'a juga yang bisa membuat abang tiba-tiba datang ke bapak saya untuk mengakad saya. (syaaah) Dan do'a juga yang bisa membuat jodohmu mengetuk pintu rumahmu tanpa harus kehilangan harga dirimu.

Semangat. 
Menunggulah dengan cara yang mempesona. 😉

MIRIP

Dan siapakah yang lebih beruntung?
Dari dua insan yang saling menyukai dalam diam.
Kemudian Allah menjodohkan mereka di dunia hingga ke syurgaNya.

😊


Saya masih ingat betul, saat diruang persalinan, dari bukaan delapan menuju ke sepuluh. Saya sedikit meracau tak karuan. Bukan karena sakit bukaan, tapi rasa ambeyen yang sudah maksimal tertekannya. Jadi sedikit panik.

Suster duduk di meja samping kasur saya, santai sambil menemani dan memberi arahan nafas.
Lalu tetiba sang suster bilang "Bapak dan ibu ini memang berjodoh ya!"
Sesaat ambyar, batinku "Ini suster sempet-sempetnya bilang gitu. Orang sudah mau ngalihirin anaknya abang."
Seolah faham wajah kami yang bertanya-tanya, suster yang sudah paruh baya itu melanjutkan kalimatnya.
"Iya, soalnya matanya mirip banget, benar-benar jodoh."

Entah seolah dorongan kebahagiaan datang, menghapus rasa sakit secara sekejap. Tersanjung dan berbunga-bunga.

"Ah suster!" Senyumku tersimpul.

Saat pertama kali melihat abang, waktu masih pakai seragam abu-abu putih dan saya pakai biru putih, saya juga menyangka apakah abang jodoh saya. Karena wajahnya sangat mirip dengan wajah kakak sepupu saya. Hanya saja mungkin saat itu malaikat lewat lalu mengaminkan batin saya. Cuman dulu iseng ngebatin aja, ee sekarang tau-tau abang udah di samping saya ajah. Alhamdulillah ya Allah.

Nah, buat temen-temen singlelillah, ngebatin yg baik-baik ya, sapa tahu kejadian juga. 

Lalu benarkah mata kita mirip?

Sunday, September 27, 2020

AWAS BAPER

Beberapa waktu lalu, ada seorang gadis yang bercerita kepada saya lewat sebuah pesan singkat. Intinya dia sedang marah dengan seorang lelaki, yang sepertinya si gadis mengartikan perhatian lelaki tersebut sebagai sinyal cinta dan harapan, dan ternyata sang lelaki akhirnya menikah dengan orang lain. Bukan dia yang selama ini di dekatnya, melainkan dengan orang lain yang bahkan tak pernah membersamai lelaki itu sama sekali.

Teruntuk sang lelaki, mungkin maksudnya baik, akan tetapi ada perasaan yang mudah tersentuh disana, tolong jaga dengan jarak. Wanita sangat gampang jatuh di dalam relation yang intens, apalagi bila ditambah dengan bulir-bulir 'perhatian'. 

Teruntuk sang gadis, tidak peduli alasan apapun, percaya saja cuma dengan lelaki yang mantap melisankan akad nikah buatmu, kamu boleh jatuh cinta. Tidak ada alasan untuk jatuh cinta kepada gombal-gombal mukiyo yang bahkan meminangmu saja enggan. Ya cuma saran aja nih, dari pada kejebak rasa, akhirnya galau sendiri saat si do'i melayangkan undangan nikah.

Ada orang yang komentar, "lha kamu g ngarasin gimana rasanya? makanya kamu seenaknya bilang gitu." Well, saya cuma ngasih tau saja, nggak perlu ngrasain rokok dulu kan untuk membuktikan kalo itu bahaya?

Kita juga boleh lho berdo'a, memohon kepada Allah, agar si do'i jadi jodoh kita. Tapi ingat, tetep kudu ikhlas, misal ternyata Allah kasihnya yang lebih baik dari si do'i. Jangan sampai sambil memohon pada Allah, kita tetap membuka celah untuk deket-deket sama si do'i yang ujungnya pemaksaan kepada Allah, 'aku maunya dia ya Allah, pokoknya harus dia'

Nah ada tips agar kita tak mudah Ge ER :
1. Yakin, jodoh yang baik, dijemput dengan cara yang baik.
2. Misal ada yang perhatian sama kita, yakin dia pasti juga bisa melakukan hal itu ke banyak orang.
3. Jangan terlalu cair dan memberi ruang terlalu berlebih, sekalipun dia sahabat kita, tetap jaga jarak, kasihani jodoh kita ntar, kalo kita deket-deket sama dia.
4. Ya nerimo ing pandum, (menerima segala pemberianNya) semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang membuat hati kita patah, atau sakit. Aaamiiiin.

#savejomblo
#writingissharing
#writingishealing
#MenulisKebaikan
#KOLMenulis30
#Day3

SEBUAH PESAN

'seng sabar ngopeni anak bojo' (Yang sabar merawat anak dan suami) Pesan mertua yang selalu diucapkan saat kami hendak berpisah.

Bagi saya maknanya sangat dalam, bukan berarti suami dan anak sebagai sumber masalah sehingga istri harus bersabar, sama sekali bukan.

Kalimat itu bagi saya, seolah membuat saya harus berdamai dengan diri saya sendiri. Diri yang memiliki sumber banyak masalah karena ego yang super tinggi. Ekspektasi yang terlampau menjulang ke langit, seolah runtuh dengan nasehat dari seorang ibu.

Iya, jika orang tua sudah mendoakan, dan kita berada di jalan yang Allah dan suami ridho, lantas mau keinginan macam apa lagi?

Ada banyak sahabat yang bercerita, bahwa mereka iri dengan prestasi dan kehidupan mapan dari pasangan teman-temannya. Mereka hanya menerka-nerka kemapanan hidup dari gambaran 'postingan' sosmed lalu mereka seolah menyalahkan keadaan, terutama suami yang belum bisa memberikan seperti yang kawan-kawan mereka terima.

Sayangnya, bukan keglamoran hidup yang dicari dalam pernikahan. Tapi 'sakinah' ketenangan.
Kadang kita sebagai istri lupa, rizki itu atas design Allah. Kadang kita terlalu egois merancang masa depan, dengan mengandalkan kata 'jika' dan 'seumpama'. Kita lupa tujuan kita berumah tangga bukanlah 'Rumah' yang memiliki 'Tangga' secara dzahir, namun 'rumah' yang berarti bahwa tempat kita menggali lebih banyak amal daripada saat dulu masih sendiri, dan 'tangga' yang berarti setapak demi setapak menuju JannahNya. Kebahagiaan hidup juga bukan dinilai dari seberapa banyak medali emas bertengger di akun sosmed kita, tapi bukankah kebahagiaan itu terletak di hati, yang kadang tak perlulah orang tau kalau kita sangat bahagia, karena siapa tau yang melihat lebih perlu empati.

Bukankah sudah sering kita dengar.

Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa (di bulan Ramadhan), serta menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka." HR. Ahmad

Apalah diri ini yang menulis hanya untuk diri sendiri. Yang masih awam dalam bab rumah tangga. Masih belum seberapa dari para kawan yang kisahnya super heroik.

#writingissharing
#writingishealing
#MenulisKebaikan
#KOLMenulis30
#Day2