Thursday, October 8, 2020

KUNCUP


When i see your smile 🌻

Ngelihat kuncup-kuncup yang lagi mau ngembang, seneng banget. Jadi ingat juga sama gadhis abegeh yang lagi kuncup-kuncupnya. Indahnya, lugunya, sabar atas kejombloannya mirip mirip lah ya, wajar aja bunga selalu dikiaskan sebagai seorang wanita.

Ujian wanita itu berat banget, gimana enggak? Disaat hormon remajanya keluar semua, mereka harus mau bertahan dengan teguh kalau kumbang mendekat. Tidak hanya kumbang sih, ada belalang, ulat, lalat ya sebangsanya lah.

Jadi ingat beberapa waktu lalu, saat pekan pertama ramadha. Atas kehendak Allah, ada seorang ibu muda yang menghampiri saya. Saat saya berada di dalam masjid sedang main dengan si kecil. Selepas dhuha, ibu itu menepuk pundak saya dan bertanya, saya sedang melaksanakan sholat apa?

Ibu muda, dengan pakaian gamis katun polos dan lilitan jilbab cantiknya, pandangnya seolah-olah sedang ada masalah.

"Dhuha bu" Jawabku.

Tak berhenti disitu, diapun juga bertanya tentang tatacara dan bacaannya.

Selepas percapakan tadi, sang ibu melanjutkan ingin mecari solusi atas apa yang sedang dia hadapi. 
"Anak saya tiga mbak, yang paling kecil masih bayi usia 4 bulan. Saya tinggal semua di rumah. Saya sedang bingung mba, saya sedang ada masalah dengan suami saya. Suami saya suka bohong mbak, terutama masalah harta. Jika saya dihianati dengan selingkuh, saya lebih rela mbak. Karena saya pun berawal dari gadhis nakal yang saya juga tidak yakin bapak kandung dari anak pertama saya itu laki-laki yang mana. Suami saya pun juga tau realita itu dan tetap mau menerima saya.' 

Sampai disini, badan saya gemetar. Realita yang selama ini hanya terlihat di sinetron dan berita, ini jelas-jelas Allah datangkan tepat dihadapan saya yang sedang momong anak.

Ya intinya si ibu itu merasa suaminya kurang bertanggung jawab atas perekonomian keluarga.

Percayalah, menikah itu beda dengan pacaran ece-ece, jika saat pacaran sudah bisa merasa bahwa do'i adalah orang paling perfect, paling setia paling pengertian, halah mbelgedes. "Tapi aku beneran jadi baik setelah pacaran sama dia mbak"

Adik adikku, menjadi baik itu niatnya murni karna Allah, baik rame rame ataupun sendiri.

Jikapun do'i menjadi sebab kita untuk jadi lebih baik, segera luruskan niatnya. Semua niat harus tertuju karena Allah. Jangan khawatir. Jika eang Sujiwo Tejo pernah berkata, "Menghina Tuhan itu mudah, khawatir besok makan apa contohnya". Nah sama, khawatir besok dapat jodoh apa enggak, juga merupakan salah satu bentuk meragukan kekuasaan Allah. Apalagi dengan kita berfikir "Kalau aku g terus sama dia, nanti aku sama siapa? Apa ya mungkin ada orang yang mencintaiku seperti dia" kalau dalam bahasa jawa itu namanya "ndisiki kerso" mendahului takdir.

Kisah ibu diatas, sudah sangat cukup menjadi pelajaran bagi kita semua. Bagaimana kejamnya hidup remaja. Betapa lingkungan harus terus kita upayakan berkumpul dengan yang baik-baik. Bukan untuk merasa sok suci, namun untuk membentengi diri kita sendiri.
Cukuplah diambil hikmahnya, semoga tidak sampai ujian sepertu ibu itu sampai kepada kita. Aamiin.

Indonesia tanpa pacaran.

3 comments:

  1. Maaf, izin kasih kritik saran ya kak

    Judul pake kapital.

    When I See Your Smile ✔️
    ✔️Bedakan Imbuhan di- yang digabung dan dipisah.
    ✔️ Di- yang digabung merujuk pada kata kerja. Contoh: dikendarai, dimakan, dicuci, dst.
    ✔️ Di- yang dipisah merujuk pada keterangan tempat atau waktu. Contoh: di saat, di antaranya, di sana, di rumah, di pagi hari, dst.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Waaah makasih yah kak.. 😘
      Judulnya KUNCUP 😍

      Delete