Thursday, April 14, 2016

Syurga yang Tersembunyi - BANYUMANIS Langit dan Cahaya





Setelah mengarungi dua peradaban yang super canggih, saatnya kembali kedalam negri tuk menyisiri nikmat nikmat yg memang masih banyak bergelimang.

tepat pukul 10 Malam kita tiba di bungur, Lapaar, ya emang dari tadi pagi engga keisi apa apa nih perut.. makan dulu.. selesai.

"Echo, aku ajak ke pati mau, nanti aku kenalkan sodara sodara LCC di sana"
"Mauuu Echaaan!"

Ya mau lah, asal sama kamu aja. perjalanan pasti akan terasa indaah. iiih mulai..

Bis Jurusan Pati pun akhirnya berangkat. Lamaa kita di perjalanan.

Hari kelima 13 Mei 2014

Subuhpun sudah lewat namun bis tak kunjung tiba, tepat pukul 05.30 kita tiba di terminal Pati.

terminal sederhana khas Indonesia. Rehat sebentar di musholla, beres beres, sarapan marung seadanya. Beneran klo urusan memeras otak, nih perut g bisa kompromi klo disuruh nungguin enggak diisi segera.

Selesai...

Lanjut naik bis mini, jurusan Banyumanis, busnya biasa bngeet, sudah rusak sana sini, tapi ttp kenceng aja jalannya.

Perjalanan menghabiskan waktu berjam jam..

"Tiduro cho, perjalanan lama banget"
hahaha enchaan paham banget.


siang kita tiba si pertigaan Banyumanis, dijemput oleh warga sekitar. perjalanan ke dalam itu jauuuhnya luar biasa, pelosok memang.

jadi ceritanya, ini adalah daerah karantina para penderita kusta. tidak semua yang tinggal disini itu penderita, ada banyak yg sudah sembuh namun mereka tdk mau hijrah dari kota ini.

Namun jangan heran jika kondisi fisik mereka sudah tdk sama lagi dengan sedia kala, barang kali jari tinggal 4, kulit terasa aneh saat dijabat tangannya. pokoknya adaa ajaa.

tiba, kami disini tinggal di rumah warga, dari hari selasa hingga kamis siang.

saat kami tiba, jetlegku ttg dua negri sebrang mendadak hilang, kondisi sederhana yang terpampang begitu nyata, luasnya sawah hamparan hijau begitu sejuk menyapa.

Datang datang disambut Yasinan.. ya tetangga depan rumah ada hajat, jadi disuruh gabung, jangan dibayangkan seperti ibu ibu kota arisan yaa... tapi semuanya suasa pedesaan dengan atap terpal..

selesai yasinan, kami ngobrol dengan pemilik rumah..

Semacam KKN dadakan laah.. tapi romantis cuma berduaa.. hehe..

Sore kami menikmati sunset di Gua Manik, tak jauh dari rumah yg kami tempati, bisa di jangkau dengan jalan kaki. Daan Tempat ini begitu Romantis. Sugooooi... Sepi tak berpenghuni. Suara Ombaknya begitu merdu.. Damaaai, apalagi dinikmati bersamamu.

Suara adzan bersahutan, saatnya kita harus kembali. kami melanjutkan cerita sana sini dengan ibu pemilik rumah.

"Cho, tak ajak main yuk, ke rumah warga"
"Hayuk.chan"
enchan mengajakku berkunjung ke satu satu rumah warga yg dia kenal.

Mungkin dia sudah biasa melihat pemandangan ini, namun aku? bagiku, ini pertama aku melihat hal hal semacam ini.

Tubuh yang terlukai, penuh darah, jari yang entah kemana. Namun sebelumnya enchan sudah bercerita panjang lebar mengenai kondsi seperti ini. jadi mau tidak mau yaa aku harus cepat menyesuaikan.

Setelah bersilaturrahim sana sini. kami putuskan pulang.

Hari Ke Enam 15 Mei 2014

"Chooo, ayo cepetan kita lihat sunrise."
"Iya can bentar, masih siap siap nih"
"Aku duluan ya"
"Tungguiiiin"

kamipun berburu sunrise..
Damai banget sih pantai ini indaaaahnyaaa. Sepi, sepi banget.. duuh serasa milik berduaa.

Puaas menikmati sunrise kita kembali ke rumah,

"Cho siang ini ke puskesmas yaa"
"Ngapain"
"Pingin liat aja kondisi yang sekarang"

Kita jalaan aja, ke puskesmas.. motoran, mampir rumah warga lagi, ngobrol ngalor ngidul.. intinya hangat sapa..

Menjelang sore, menikmati Sunset lagii.. puas puasin daaah..

silaturrahim hingga malam

Hari ke enam 16 Mei 2014

Ada warga yang baik hati yang mengantarkan kami berkeliling seluruh pantai di jepara ini.

melewati hutan pinus yaang woow banget kita sampai ke pantai Bandengan, kita disini puas teriak teriaak main boat. lalu ke pulau kartini, biggest turtle.. nyebrang ke pulau panjang, mengitari pulau panjang.

awalnya bapak yg ngantar kami tidak mau ikut naik perahu, tapi kami paksa, akhirnya mau, saat mengitari pulau panjang, kami bercerita kesana kemari, yang sebelumnya sudah saya jabarkan jelas pada tanggal 4 September 2015. intinya saat itu obrolan kita tentang curhatannya si bapak..

Selesai, capeek, pulaaaang...

Sampai rumahpun kita g sia siakan, kita mengitari rumah warga lagi untuk pamit.

di salah satu rumah warga, ada obrolan unik yg saat ini masih terekam jelas di memori saya.

Intinya bapak itu dulu sehat, bekerja di puskesmas, karena disana juga banyak pasien, entah dari mana asalanya bapak tersebut juga akhirnya terjangkit virus, lalu bapak.tersebut seolah diasingkan.

"Sebenarnya, terhadap orang orang seperti kami, kami tidak butuh materi kalian. Kami hanya butuh hangat sapa kalian, kalian melihat kami tidak beda dengan manusia manusia lainnya. Karena senyuman, sapaan kalian sudah lebih dari cukup untuk mengobati sakit kami. lebih lebih sakit yang tersembunyi dalam hati kami"

gyuuurr.. nah lho, man teman,, ini kalimat ngena banget.. ternyata obat satu satunya buat mereka adalah sikap ramah dan nyaman kita. mereka bukan monster yg harua dijauhi.. mereka menunggu kitaaa....

done selesai

hari ketujuh 17 Mei 2014

Pulang ke gresik.. Jalan jalan ke gresik sebelum enchan kembali dinas ke Bromo..

Cerita berakhir 18 Mei 2014 06.00 kiki emotikon

Trimakasih chan.. trimakasih, sudah mau mengajakku, sudah mau mengenalkanku akan arti dari kesederhanaan, sudah mau menjadi sahabat yang begitu mempesona.. terimakasih...

kiki emotikon Next Story Lebaran Di Bromo.. kiki emotikon

No comments:

Post a Comment